UGM akselerasi ekosistem halal berbasis desa di DIY lewat ICIHES 2025
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) mengakselerasi pengembangan ekosistem halal berbasis desa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui penyelenggaraan "3rd International Conference on Islamic and Halal Economic Studies (ICIHES) 2025".
Wakil Ketua ICIHES 2025 Rika Fatimah di Yogyakarta, Rabu, mengatakan DIY telah memiliki reputasi sebagai kota syariah, namun belum memiliki kawasan halal yang terstruktur.
"Yogyakarta ini sudah mendapatkan anugerah jadi salah satu kota syariah, tapi masih belum punya kawasan halal," ujar dia.
ICIHES 2025 merupakan kerja sama UGM dengan Universiti Kebangsaan Malaysia, Kyoto University, dan Ritsumeikan University, serta didukung Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY dan komunitas penggerak halal di Yogyakarta.
Forum yang berlangsung 4 - 5 November 2025 di Yogyakarta itu mempertemukan ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pelaku industri untuk membahas perkembangan riset dan praktik ekonomi syariah serta industri halal internasional.
Menurut Rika, penguatan ekosistem halal tidak hanya ditempuh melalui forum akademik, melainkan melalui rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat sejak awal tahun.
Program itu dirancang untuk memastikan dampak konferensi menjangkau wilayah dan pelaku usaha di tingkat akar rumput.
Untuk membangun kawasan halal, Rika menyebut Pemda DIY bersama akademisi, pelaku usaha, dan komunitas tengah mendorong pemenuhan tiga kategori sesuai standar nasional. Tiga kategori tersebut, kata dia, mencakup kawasan industri halal, pariwisata ramah Muslim, dan zona kuliner halal.
"Komitmen kawasan halal ini akan menjadi komitmen bersama untuk nanti mendapatkan tiga status dari kementerian. Jadi yang pertama itu ada kawasan industri halal. Kemudian ada pariwisata ramah Muslim, dan yang ketiga ada zona khas atau zona kuliner halal," ujarnya.
Model pengembangan kawasan, kata dia, diterapkan melalui platform Global Gotong Royong Tetrapreneur (G2RT) yang menggerakkan satu desa dalam satu ekosistem usaha bersama, bukan per usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) individu. Model tersebut telah diterapkan sejak 2017 dan kini mencakup 36 titik desa.
"Sejak tahun 2017 itu didiskusikan, 2018 diinisiasi di dua desa, yaitu Desa Wukirsari dan Girirejo, semuanya di Bantul, dan hingga sekarang sudah ada 36 titik," ucap Rika.
Saat ini tiga desa ditetapkan sebagai pilot kawasan halal melalui kolaborasi UGM dan MES DIY, memanfaatkan dukungan dana keistimewaan (danais) dan jaringan komunitas.
Dengan begitu, ia berharap inisiatif itu dapat berlangsung berkelanjutan tanpa ketergantungan penuh pada anggaran pemerintah.
"Di kesempatan ICIHES, kita mengambil tiga 'pilot study' (studi percobaan) untuk dibuat komitmen kawasan halal, bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Karena danais terbatas dan orangnya juga terbatas," kata dia.
Tujuan utamanya, kata dia, agar manfaat penguatan ekosistem halal dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, baik dalam peningkatan kapasitas pelaku usaha maupun akses pasar yang lebih luas
Menurut Rika, inisiatif tersebut sejatinya tidak hanya ditujukan untuk DIY, namun diproyeksikan menjadi rujukan nasional.
"Memang biasanya Yogya itu akan menjadi magnet untuk diadopsi di wilayah lain," ujar dia.
Ketua Pelaksana ICIHES 2025 yang juga Ketua Program Doktor Perekonomian Islam dan Industri Halal Sekolah Pascasarjana UGM Reni Rosari mengatakan penguatan kawasan halal desa di DIY sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi halal global dan nasional yang terus meningkat.
Reni menyebut ekonomi halal kini berkembang sebagai kekuatan ekonomi global lintas sektor dengan nilai perdagangan mencapai 3,1 triliun dolar AS pada 2018 dan diperkirakan meningkat menjadi 5 triliun dolar AS pada 2030.
"Di Indonesia, nilai industri halal tercatat 184 miliar dolar AS pada 2020 dan diproyeksikan menjadi 281,6 miliar dolar AS pada 2025," ujar dia.
0 Response to "UGM akselerasi ekosistem halal berbasis desa di DIY lewat ICIHES 2025"
Posting Komentar